Oleh: Rudi Abdillah
Datangnya ‘Iedul Fitri tanggal
1 Syawal 14.. H disambut
dengan suka cita oleh umat
Islam di Indonesia dan di
berbagai penjuru dunia. ‘Iedul
Fitri pada tanggal 1 Syawal telah dirayakan oleh
masyarakat muslim sebagai
wujud kesyukuran kepada
Alloh atas keberhasilan dalam
menunaikan ibadah puasa
Ramadan satu bulan penuh. Mudik lebaran merupakan
tradisi dan ritual tahunan
yang biasa dilakukan oleh
masyarakat muslim di
Indonesia dalam rangka
merayakan ‘Iedul Fitri. Kesempatan merayakan
kemenangan perjuangan yang
telah diselesaikan selama
bulan Ramadan umumnya
sekaligus dimanfaatkan
sebagai sarana untuk silaturrahim dan saling
berkunjung diantara anak
dengan orang tua dan antar
saudara serta teman-teman.
Setiap kali bertemu dengan
sanak-saudara dan teman- teman, maka: “Selamat
lebaran, mohon maaf lahir dan
batin” merupakan ucapan
yang seringkali
diperdengarkan. Meskipun
tidak ada yang salah dengan ucapan tersebut sebagai
luapan kegembiraan atas
keberhasilan menyelesaikan
puasa Ramadan.
Pertanyaannya, apakah
ucapan tersebut sesuai dengan apa yang telah dicontohkan
oleh Rasulalloh SAW? Supaya diingat, sebagai umat
muslim kita meyakini bahwa
Rasulalloh merupakan contoh
yang baik untuk ditiru dan
diteladani tingkah laku,
perbuatan dan tutur katanya. Firman Alloh di dalam Al-
Qur’an menyatakan: “
Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulalloh itu suri
teladan yang baik (yaitu) bagi
orang yang mengharap (bertemu) Alloh dan
(kebahagiaan) di hari kiamat
dan dia banyak dzikir kepada
Alloh.” (QS. Al-Ahzab : 21). Dalam hal menyambut ‘Iedul
Fitri pun sudah selayaknya
kita mencontoh perbuatan
dan tutur kata yang telah
dilakukan oleh Rasulalloh
SAW semasa hidupnya. Di dalam salah satu hadits telah
diriwayatkan dari Jalid bin
Ma’daan berkata Jalid,
bertemu aku pada Watsilah
bin Al-Asqo’ di dalam hari
raya, maka berkata aku “Taqobbalallohu minna wa
minka.” Maka berkata
Watsilah: “Na’am,
taqobbalallohu minna wa
minka.” Berkata Watsilah,
bertemu aku pada Rasulalloh SAW pada hari raya, maka
berkata aku: “Taqobbalallohu
minna wa minka.” Maka
berkata Rasulalloh SAW:
“Na’am, taqobbalallohu minna
wa minka.” (HR. Baihaqi di dalam Kitabu Al-‘Idiin Juz 3
hal. 219). Dalam prakteknya,
taqobalallohu minna wa
minka kita ucapkan kepada
lawan bicara kita hanya satu
orang laki-laki. Jika kita
mengucapkan kepada lawan bicara yang hanya satu orang
perempuan, maka lafalnya
menjadi taqobalallohu minna
wa minki. Sedangkan jika
lawan bicara kita jumlahnya
lebih dari satu orang (jamak), maka lafalnya menjadi
taqobalallohu minna wa
minkum. Ketika saudara atau
teman kita mengucapkan hal
ini, maka kita hendaklah
menjawab dengan jawaban ucapan: Na’am, taqobalallohu
minna wa minkum/ka/ki,
tergantung pada lawan bicara
yang mengucapkan tersebut
jamak, atau tunggal laki-laki,
atau tunggal perempuan. Ucapan taqobalallohu minna
wa minkum/ka/ki tersebut
mempunyai arti kurang lebih
“semoga Alloh menerima
ibadah-ku dan ibadah-mu”
yang secara harfiah mempunyai makna
mendoakan kepada diri
sendiri dan kepada lawan
bicara, sebagai ungkapan
kesyukuran dan kegembiraan
setelah dapat menyelesaikan puasa Ramadan satu bulan
penuh. Dengan kata lain,
ucapan taqobalallohu minna
wa minkum/ka/ki secara
tersirat seharusnya
mempunyai makna yang jauh lebih dalam dari apa yang
secara tradisi telah biasa kita
ucapkan dalam menyambut
‘Iedul Fitri, antara lain:
“Selamat lebaran, mohon
maaf lahir dan batin;” atau “Selamat lebaran, nol-nol ya!”
dan ucapan-ucapan yang
semacamnya. Apalagi
mengucapkan taqobalallohu
minna wa minkum/ka/ki
merupakan salah satu sunnah Rasulalloh SAW yang
seharusnya kita praktekkan.
Terutama di zaman yang
barangkali semakin sedikit
orang yang mau dan mampu
menetapi sunnah Rasulalloh dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan akhirnya, maukah
kita tergolong sebagai umat di
akhir zaman yang masih
menegakkan As-sunnah di
kala kebanyakan orang
merasa asing dengannya atau bahkan di kala kebanyakan
orang sudah melupakannya?
Ayo kita praktekkan sunnah
Rasulalloh dengan
mengucapkan taqobalallohu
minna wa minkum/ka/ki dalam rangka menyambut
‘Iedul Fitri 1 Syawal 1431 H.
nanti. Moga-moga Alloh
menjadikan kita termasuk
golongan yang ibadah puasa
Ramadannya diterima oleh Alloh sebagaimana tersirat
dalam ucapan tersebut. (Materi Dakwah bil Qolam dari
Bagian Dakwah, DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia Kota
Bogor – September 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar